Klaten - Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Kabupaten Klaten digelar mahasiswa dengan menggelar malam renungan, Selasa (19/5). Malam renungan yang diikuti puluhan mahasiswa itu mengikutsertakan ”pocong” sebagai simbol aksi.
Kordinator aksi Harkitnas, Pramusti Arnan Yunanto mengatakan, aksi dikuti dari elemen PC IMM , BEM PTS se-Kabupaten Klaten dan elemen-elemen mahasiswa lainnya. ’’Pocong itu sebagai simbol mulai matinya pemerintahan yang pro rakyat,’’ katanya, Selasa (19/5) saat aksi.
Aksi dimulai dari Gedung Sierad menyusur Jl Pemuda Selatan. Selama menuju ke Tugu Tenun mahasiswa mengadakan aksi mundur. Sampai di Tugu Tenun peserta menyulut lilin. Selain aksi pocong, aksi jalan mundur mahasiswa serta aksi membisu sebagai bentuk protes terhadap kemunduran pemerintah saat ini.
Di Harkitnas, mahasiswa menuntut agar pemerintah memperbaiki sistem kerja di kabinet pemerintahan sehingga menjadi kabinet yang lebih pro rakyat. Mahasiswa juga mendesak ada peningkatkan mutu pelayanan masyarakat dan menolak sistem pemerintahan neo liberalisme.
Perubahan Harus
Perubahan, kata Arnan, harus segera dilakukan pemerintah agar rakyat Indonesia menjadi lebih makmur dan sejahtera ke depan. Aksi para mahasiswa itu sempat membuat para pengguna jalan kaget.
Sebab pocong atau pakaian orang yang meninggal diarak di sepanjang jalan. Aksi mendapat pengawalan ketat aparat keamanan dari Satuan Dalmas Polres Klaten.
Salah satu peserta aksi, Farid mengatakan pemerintah saat ini telah menuju mati suri. Sebab saat ini untuk pertumbuhan ekonomi dan kemajuan politik, budaya, hukum justru mengalami kemunduran.
Oleh karena itu melalu aksi renungan itu masyarakat dan pemerintah diharapkan segera dapat segera bangkit agar rakyat lebih makmur bukan lebih sengsara. Salah seorang warga, Madi mengatakan kaget dengan ada aksi demo pada malam hari. ’’Terlebih sepanjang jalan ada yang memakai pocong,’’ katanya. Biasanya aksi demo digelar siang hari tetapi kemarin malam digelar pada malam hari.
Kordinator aksi Harkitnas, Pramusti Arnan Yunanto mengatakan, aksi dikuti dari elemen PC IMM , BEM PTS se-Kabupaten Klaten dan elemen-elemen mahasiswa lainnya. ’’Pocong itu sebagai simbol mulai matinya pemerintahan yang pro rakyat,’’ katanya, Selasa (19/5) saat aksi.
Aksi dimulai dari Gedung Sierad menyusur Jl Pemuda Selatan. Selama menuju ke Tugu Tenun mahasiswa mengadakan aksi mundur. Sampai di Tugu Tenun peserta menyulut lilin. Selain aksi pocong, aksi jalan mundur mahasiswa serta aksi membisu sebagai bentuk protes terhadap kemunduran pemerintah saat ini.
Di Harkitnas, mahasiswa menuntut agar pemerintah memperbaiki sistem kerja di kabinet pemerintahan sehingga menjadi kabinet yang lebih pro rakyat. Mahasiswa juga mendesak ada peningkatkan mutu pelayanan masyarakat dan menolak sistem pemerintahan neo liberalisme.
Perubahan Harus
Perubahan, kata Arnan, harus segera dilakukan pemerintah agar rakyat Indonesia menjadi lebih makmur dan sejahtera ke depan. Aksi para mahasiswa itu sempat membuat para pengguna jalan kaget.
Sebab pocong atau pakaian orang yang meninggal diarak di sepanjang jalan. Aksi mendapat pengawalan ketat aparat keamanan dari Satuan Dalmas Polres Klaten.
Salah satu peserta aksi, Farid mengatakan pemerintah saat ini telah menuju mati suri. Sebab saat ini untuk pertumbuhan ekonomi dan kemajuan politik, budaya, hukum justru mengalami kemunduran.
Oleh karena itu melalu aksi renungan itu masyarakat dan pemerintah diharapkan segera dapat segera bangkit agar rakyat lebih makmur bukan lebih sengsara. Salah seorang warga, Madi mengatakan kaget dengan ada aksi demo pada malam hari. ’’Terlebih sepanjang jalan ada yang memakai pocong,’’ katanya. Biasanya aksi demo digelar siang hari tetapi kemarin malam digelar pada malam hari.
sumber: suaramerdeka cetak
0 comments :