![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-h3wMNSBVxe4wM3TSYkcyVY1GdNnPECcw4V31gaAzjV1j1vDKYHVWb19R91J7ozryOFQYk3VRZH6789aJKZVgvwBgTJtAESVbwR8k82o7iK5xCMVsi1tOwTGzceZAivJJD3XODXVvZcU/s320/IMG_20150510_121854.jpg)
Saluran yang biasa disebut "Guwo" oleh warga sekitar ini konon merupakan saluran irigasi bekas peninggalan penjajah Belanda dulu, ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa "Guwo" ini dulunya dipakai pejuang kemerdekaan untuk sarana strategi perang gerilya pada saat jaman penjajahan.
Saluran yang terletak di sepanjang “perengan” kali Jurangjero ini boleh dikatakan memiliki struktur tanah yang labil, karena hanya ditopang oleh batu padas yang dulunya memang dibuat secara tradisional, dan pada beberapa titik dibuat saluran pintu pembuangan jika air meluap kalau terjadi hujan.
Begitu yang terjadi di pintu pembuangan nomor tiga dari arah pleret, akibat hujan deras beberapa waktu lalu dan kondisi penopangnya yang hanya batu padas tanpa cor semen, akhirnya beberapa dindingnya tergerus dan akhirnya roboh. Tetapi hal ini malah menjadikan pintu air tersebut berubah menjadi “Air Terjun Mini” karena debit air keluar yang dulunya sedikit, sekarang menjadi melimpah.
Bagi anda yang memiliki hobi sebagai pecinta alam atau fotografi mungkin spot air terjun ini juga bisa dijadikan alternative hunting foto sembari menikmati indahnya alam Desa Jurangjero, Desa Yang Memiliki Jurang Yang Jero (DALAM). Oh ya, air terjun ini terletak persis di bawah bangsal Bungkusan yang Juni nanti akan menyelenggarakan sadranan, jadi tunggu apalagi? (gie/jr)
0 comments :