Wujudkan Masyarakat Desa Informasi

Mengapa Jalur Cipakali Rawan Keecelakaan?

Sungguh saya termasuk yang penasaran dengan banyaknya kecelakan di jalur tol Cikapali yang baru diresmikan beberapa pekan lalu itu. Mengapa jalur tol yang bagus itu banyak memakan korban jiwa?
Rasa penasaran itu akhirnya terjawab setelah pekan lalu saya melintasi jalur tol Cikapali dalam perjalanan dari Kelapa Gading, Jakarta Utara, menuju Semarang, Jawa Tengah.
Saya berangkat dari Kelapa Gading pukul 22.30. Sudah cukup malam.
Sengaja saya berangkat malam agar tidak bertemu dengan bus antar kota antar provinsi (AKAB) yang biasanya berangkat dari Jakarta antara pukul 14.00 - 20.00. Melakukan perjalanan dengan mobil pribadi berbarengan dengan bus sungguh tidak menyenangkan. Bikin dag dig dug sepanjang perjalanan.
Satu jam melaju, saya sudah sampai di ruas tol Cikopo - Palimanan. Jalanan memang sepi saat itu karena arus mudik belum mencapai puncaknya.
Karena sepi, saya pacu Toyota Innova dengan kecepatan 90 kilometer per jam. Lebih cepat dari batas kecepatan yang dibolehkan di jalan tol. Pada kecepatan tersebut, mobil mulai tidak nyaman. Rasanya seperti melayang. Roda terasa sesekali menapak jalan dan sesekali ''terbang''.
Saya coba injak gas lebih dalam. Innova melaju sampai kecepatan 100 kilometer per jam. Lalu naik lagi hingga 120 kilometer per jam. Saya rasakan apa yang terjadi selanjutnya.
Pada kecepatan di atas 100 kilometer per jam, mobil saya lebih sering melayang ketimbang menapak jalan. Semakin kencang semakin lebih sering melayang.
Saya mencoba menganalisa, apa penyebab mobil saya sering ''terbang''? Apa karena kecepatannya yang terlalu tinggi? Kalau karena kecepatan, sudah pasti betul, Bukankah pengelola jalan tol sudah mewanti-wanti agar tidak mengendarai mobil melebihi 80 kilometer per jam?
Tapi, saya beberapa kali menggeber Innova dengan kecepatan di atas 100 kilometer per jam di atas jalan tol dalam kota maupun tol Jagorawi dan Cipularang. Tetapi Innova tidak ''melayang''.
Saya menduga, Innova saya sering melayang pada kecepatan tinggi di jalur tol Cikapali karena tol tersebut dibangun dengan material cor beton. Kekerasan lapisan beton, tentu berbeda dengan kekerasan lapisan aspal. Ukuran tekanan udara pada ban Innova saya, pasti juga ikut memengaruhi.
Nah, karena situasi sepi, saya pun mencoba bereksperimen. Apakah yang terjadi bila saya mengerem mobil agak kuat. Ternyata, begitu rem saya injak agak kuat, mobil tidak segera berhenti. Mobil saya tetap ''ndlosor'' alias tetap berjalan walau rodanya berhenti berputar.
Saya segera mengambil keputusan untuk menurunkan kecepatan mobil menjadi maksimal 70 kilometer per jam. Walau pun jalanan sepi, saya tidak lagi mau ngebut. Terlalu berbahaya!
Walau trek Cikapali mayoritas lurus atau tidak banyak tikungan, berkendara dengan kecepatan di bawah 80 kilometer per jam sangat saya sarankan. Sebab, permukaan cor yang tampak rata itu sebenarnya bergelombang juga. Hal itu bisa dirasakan dengan memperhatikan suara ban mobil saat melaju.
Coba dengarkan suaranya. Pasti seperti suara ''gemuruh''. Seperti suara karet yang bergesekan dengan benda keras. "Dreeet.... dreeet... dreeet..."
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan hampir empat jam, sampai juga saya di Pejagan, ujung tol yang sudah masuk ke wilayah Brebes. Tepat 30 menit menjelang imsak, saya bisa makan sahur di Mc Donald Tegal.
Begitulah pengalaman saya melewati jalur tol Cikapali. Selamat mudik dan semoga selamat sampai tujuan.
Salam Lebaran!


Disalin dari facebook Joko Intarto 


Comments
0 Comments

0 comments :


Follow Us

Recommend on Google

Berita Teratas