Jurangjero adalah sebuah desa yang
terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan
Karanganom, Klaten Utara. Desa yang memiliki sembilan pedukuhan ini
memiliki kondisi geografis yang lumayan menguntungkan, yaitu dengan
areal persawahannya yang luas, yang bisa ditanami hampir sepanjang tahun
dengan tanaman utama padi. Tidak heran jika desa yang sebagian besar
penduduknya berprofesi sebagai petani ini turut menjadi penyokong
swasembada pangan di Kecamatan Karanganom pada khususnya, serta
Kabupaten Klaten pada umumnya.
Wilayah Pedukuhan
Sembilan pedukuhan yang menjadi wilayah administrasi Desa Jurangjero yaitu:
1. Jurangjero
2. Ngentak
3. Bungkusan
4. Jetis
5. Daleman
6. Dandansari
7. Krajan
8. Kauman
9. Ngawinan
Sembilan pedukuhan yang menjadi wilayah administrasi Desa Jurangjero yaitu:
1. Jurangjero
2. Ngentak
3. Bungkusan
4. Jetis
5. Daleman
6. Dandansari
7. Krajan
8. Kauman
9. Ngawinan
Batas Desa
Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Desa Gledeg
Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Desa Soropaten
Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Desa Karangan
Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Desa Brangkal
Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Desa Gledeg
Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Desa Soropaten
Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Desa Karangan
Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Desa Brangkal
Ekonomi
Sebagian besar penduduk berprofesi di sektor informal, seperti petani, buruh dan wiraswasta, tetapi tidak sedikit juga yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan kemudahan terjangkaunya akses transportasi, karena terletak di jalan kabupaten, maka boleh dibilang desa ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang lumayan berkembang.
Sebagian besar penduduk berprofesi di sektor informal, seperti petani, buruh dan wiraswasta, tetapi tidak sedikit juga yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan kemudahan terjangkaunya akses transportasi, karena terletak di jalan kabupaten, maka boleh dibilang desa ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang lumayan berkembang.
Penduduk
Desa yang 95% penduduknya memeluk agama islam ini boleh dibilang masih banyak mengadopsi nilai-nilai tradisional, dimana setiap tahun ada acara-acara adat yang masih dilestarikan, seperti sadranan, laras madya dan gotong royong, disamping anak-anak muda yang sudah mulai menyukai budaya-budaya modern, tetapi tua-muda akan bahu membahu jika ada acara-acara bersama.
Desa yang 95% penduduknya memeluk agama islam ini boleh dibilang masih banyak mengadopsi nilai-nilai tradisional, dimana setiap tahun ada acara-acara adat yang masih dilestarikan, seperti sadranan, laras madya dan gotong royong, disamping anak-anak muda yang sudah mulai menyukai budaya-budaya modern, tetapi tua-muda akan bahu membahu jika ada acara-acara bersama.
0 comments :