Wujudkan Masyarakat Desa Informasi

Mbah Joyo, 60 tahun pengabdian yang luar biasa

image
Hari beranjak sore, suasana Balai Desa Jurangjero tampak lengang hanya warung soto ayam yang tampak ramai dengan pelanggannya. Tapi siapa sangka ternyata di sudut kebun yang dulunya digunakan sebagai kolam ikan, seorang kakek sedang asyik menyiram sayuran yang dia tanam sendiri. Dialah Mbah Joyo, sang tukang kebun yang setiap harinya bertugas mengurus tanaman di lingkungan Kantor Desa Jurangjero.
Usianya sudah sepuh, menurut pengakuannya beliau sudah berumur 90 tahun lebih tiga tahun, memiliki tujuh anak, 24 cucu dan 27 buyut. Pun begitu beliau lebih memilih hidup mandiri dengan menjadi tukang kebun, biarpun tidak seberapa baginya ini adalah sebuah pengabdian.
image
Menurut kisahnya, beliau mulai mengabdi di struktur pemerintahan paling bawah ini tepat setelah Jepang kalah dari sekutu. Sebelumnya beliau mengikuti ibunya berdagang di Semarang. Menurut penuturannya, dulu Lurah pertama yang diikutinya adalah Mbah Demang, dan berkantor dengan berpindah-pindah dari rumah ke rumah.
image
Ketika ditanya tentang pergantian pimpinan, dalam hal ini kepala desa, beliau bercerita bahwa setiap Lurah itu memiliki sifat masing-masing, seperti Pak Ali yang sekarang suka memberi uang rokok, orangnya royal, begitu penuturannya. Beliau sendiri juga tidak neko-neko, bahkan sempat curhat pengin segera menyusul teman-teman seangkatannya yang sudah lebih dulu meninggalkan dunia fana ini, kami pun tertawa. Sampeyan ono-ono ae mbah, yen dereng dikersakne Gusti kepripun, niku tandane tasih diwenehi wektu ngge nggolek sangu.
image
Obrolan pun berlanjut, kali ini beliau mengundang masuk ke dalam kantor desa. Di sana beliau menunjukkan ruangan yang menjadi tanggungan kebersihannya setiap hari. Terbawa rasa penasaran, saya pun bertanya dimana beliau tidur, wong tidak terlihat dipan atau kasur. Dengan lugunya beliau menunjukkan sebuah kursi tamu di ruangan depan, ya itulah “kasur” sehari-hari. Sungguh nerimo simbah satu ini.
image
Masih semangat ke masjid
image
Sore pun beranjak petang, beliau pun menunjukkan lemari tempatnya menyimpan baju, dan mengambil sarung lalu memakainya. Ya, beliau mau ke masjid, sholat maghrib berjamaah. Dua kata, luar biasa. Biar pun sudah udzur tapi semangat beribadah tidak boleh kendur. Suri tauladan yang bagus untuk generasi muda jaman sekarang.
Semoga istiqomah mbah, dan terima kasih atas keteladanan pengabdianmu kepada bangsa khususnya desa kami. Panjang umur! (gie/jr)
Comments
0 Comments

0 comments :


Follow Us

Recommend on Google

Berita Teratas